Keleus Pancur, Sakit Malah Ngeblog
Hari ini aku tepar. Dan bolos dua mata kuliah, gara-gara hari Minggu kemarin habis jalan kaki ke kali pancur sama mbak Nining, mas Agus, Koko, Uthie, Intan, Ima, Adi, Pipit, dan Romo Toto. Kakiku sakit, buat jalan sulit. Kepalaku pusing. Bahkan menatap wajahku sendiri pun aku tak sanggup. Muahaha.
Pas mau berangkat ke kali pancur kemarin Minggu aku yang paling semangat. Dengan penuh persiapan dan semangat yang membara. Kami pun berangkat sekitar jam setengah sebelas. Perjalanan dimulai dengan menyusuri sungai. Yang yah, tidak tau apalah namanya. Kemudian melewati sawah yang puanas banget. Dan ini bukan keinginanku. Karena mauku adalah jalan melewati hutan. Muahaha.
Oke, setelah berjalan lewat sawah yang cukup lama dan jauh. Akhirnya kami masuk ke hutan. Jangan kira hutan ini benar-benar tidak ada kehidupan, karena kami sempat bertemu dengan pencari rumput. Di hutan kami sempatkan untuk beristirahat beberapa dan ehm, biasalah jaman sekarang. Foto-foto dulu. Ya, buat dokumentasi lah ceritanya.
Ketika kami hampir dekat dengan kali pancur. Kami berada tepat di atas bukit. Dan, aaaaakkkk. Ini namanya memandang kali pancur dari sisi lain. Haha. Biasanya kalau lihat kan dari bawah air terjunnya itu kan. Nah ini lihatnya dari atas. Jadi kami melihat kali pancur dari atas ke bawah dalam sekali pandang. Orang-orang terlihat kecil dari sini.
Semuanya basah-basahan alias nylempung pas udah sampe kali pancur, cuma aku dan Intan yang ndak nylempung. Karena ndak bawa ganti sih alasanku. Padahal yang lain tu juga ndak bawa ganti. Coba kalau aku nylempung, kayanya sakitku lebih parah dari ini. huhu.
Oke saatnya kembali. Kami memutuskan untuk kembali melewati hutan. Mas Adi sebagai pencari jalannya. Kami melewati jalan yang sulit banget. Berbatu-batu, tapi ini seru dan menyenangkan. Tapi ternyata kami tersesat, dan harus kembali ke tempat yang tadi.
Kami bertemu dengan orang pencari rumput, dan dia memberitahu jalan mana yang harus kami lalui untuk kembali. Jalannya basah dan berlumpur. Tapi ternyata kamu tersesat lagi, dan harus kembali ke tempat semula. Baik, kami pun mencari jalan lain. Dan jalannya harus berhati-hati, karena sangat sempit dan senantiasa berpengangan pada rumput. Dan, kami tersesat lagi. Aaakkk!
Akhirnya kami kembali lagi ke kali pancur, dan memutuskan untuk berjalan melalui jalan. Dan saat itu sepatuku yang memang sudah rusak berada di ujung hayatnya dan sama sekali tidak bisa dipakai. Okay. Untungnya ada orang yang berbaik hati meminjamkan sandalnya untuk ku pakai. Dan jalannya ini bukan jalan aspal, tapi jalan batu. Jalan aspal pun aspalnya sudah rusak dan banyak batu berkeliaran dan menyakiti kaki.
Ketika sampai Banyudono, aku mulai merasakan badanku tidak enak. Dan ketika temen-temen bertanya apa aku masih ada, aku cuma bisa melambaikan tanganku. Ketika sampai rumah mas Agus, aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Bahkan malam harinya aku tidak bisa tidur. Tapi ini pengalaman yang menyenangkan. Meskipun endingnya kaki masih sakit meskipun sudah hari kedua. Aaakkk!
Pas mau berangkat ke kali pancur kemarin Minggu aku yang paling semangat. Dengan penuh persiapan dan semangat yang membara. Kami pun berangkat sekitar jam setengah sebelas. Perjalanan dimulai dengan menyusuri sungai. Yang yah, tidak tau apalah namanya. Kemudian melewati sawah yang puanas banget. Dan ini bukan keinginanku. Karena mauku adalah jalan melewati hutan. Muahaha.
Oke, setelah berjalan lewat sawah yang cukup lama dan jauh. Akhirnya kami masuk ke hutan. Jangan kira hutan ini benar-benar tidak ada kehidupan, karena kami sempat bertemu dengan pencari rumput. Di hutan kami sempatkan untuk beristirahat beberapa dan ehm, biasalah jaman sekarang. Foto-foto dulu. Ya, buat dokumentasi lah ceritanya.
Ketika kami hampir dekat dengan kali pancur. Kami berada tepat di atas bukit. Dan, aaaaakkkk. Ini namanya memandang kali pancur dari sisi lain. Haha. Biasanya kalau lihat kan dari bawah air terjunnya itu kan. Nah ini lihatnya dari atas. Jadi kami melihat kali pancur dari atas ke bawah dalam sekali pandang. Orang-orang terlihat kecil dari sini.
Semuanya basah-basahan alias nylempung pas udah sampe kali pancur, cuma aku dan Intan yang ndak nylempung. Karena ndak bawa ganti sih alasanku. Padahal yang lain tu juga ndak bawa ganti. Coba kalau aku nylempung, kayanya sakitku lebih parah dari ini. huhu.
Oke saatnya kembali. Kami memutuskan untuk kembali melewati hutan. Mas Adi sebagai pencari jalannya. Kami melewati jalan yang sulit banget. Berbatu-batu, tapi ini seru dan menyenangkan. Tapi ternyata kami tersesat, dan harus kembali ke tempat yang tadi.
Kami bertemu dengan orang pencari rumput, dan dia memberitahu jalan mana yang harus kami lalui untuk kembali. Jalannya basah dan berlumpur. Tapi ternyata kamu tersesat lagi, dan harus kembali ke tempat semula. Baik, kami pun mencari jalan lain. Dan jalannya harus berhati-hati, karena sangat sempit dan senantiasa berpengangan pada rumput. Dan, kami tersesat lagi. Aaakkk!
Akhirnya kami kembali lagi ke kali pancur, dan memutuskan untuk berjalan melalui jalan. Dan saat itu sepatuku yang memang sudah rusak berada di ujung hayatnya dan sama sekali tidak bisa dipakai. Okay. Untungnya ada orang yang berbaik hati meminjamkan sandalnya untuk ku pakai. Dan jalannya ini bukan jalan aspal, tapi jalan batu. Jalan aspal pun aspalnya sudah rusak dan banyak batu berkeliaran dan menyakiti kaki.
Ketika sampai Banyudono, aku mulai merasakan badanku tidak enak. Dan ketika temen-temen bertanya apa aku masih ada, aku cuma bisa melambaikan tanganku. Ketika sampai rumah mas Agus, aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Bahkan malam harinya aku tidak bisa tidur. Tapi ini pengalaman yang menyenangkan. Meskipun endingnya kaki masih sakit meskipun sudah hari kedua. Aaakkk!
Komentar
Posting Komentar