Pensil Patah
Kayu itu selimuti lingkaran hitam
Perlahan diadu
dengan pisau tajam
Tanpa pisau ia
tak berguna
Tergolek tak
berdaya
Ia mulai menari dalam
lembaran baru
Perlahan tanpa rasa ragu
Tangan itu begitu
dingin
Rasanya seperti
hujan angin
Tidak!
Ia harus pergi
tidur, menunggu saatnya
Si pisau
singkirkan lagi selimutnya
Kemudian menari
dalam ruang sesak
Patah,
Lingkaran hitam
itu patah
Patah,
Kini ia terbelah
Ia kembali
tertidur
Dalam dua tubuh
Menghitung mundur
Berharap ia bisa
sembuh
Ia masih
menunggu
Sekian hari
lamanya
Hingga angin
membawa debu
Hinggap di
selimutnya
Pasrah,
Datang lalu pergi
tanpa kabar
Lelah,
Ia mencoba sabar
Sampai ada bunyi
pintu yang terbuka
Mencoba meraih lembaran
di meja
Tangan itu bukan
yang dahulu
Ia bisa merasakan
dalam pilu
Tangan itu
gemetar
Melihat jejak
kaki hitam
Di atas sebuah
lembar
Mata itu menatap
tajam
Mata itu mulai
merah
Lembaran itu jadi
basah
Rupanya itu pesan
terakhir
Yang tak diungkap
lewat bibir
Komentar
Posting Komentar