Pura-Pura Waras

Kamu lebih gelap daripada malam,
Kamu lebih indah daripada senja,
Kamu lebih terik daripada siang,
Kamu lebih dingin daripada fajar.

Kamu punya banyak lebih,
Lebihmu itu hanya ada satu kurang,
Kurangmu hanya punya banyak lebih,
Selebihnya, tidak ada yang kurang.

Oh, satu kurangmu,
Kau tak bisa digenggam,
Kau tak bisa dipeluk,
Kau tak bisa dicium,
Kau tak nyata.

Oh, banyak juga kurangmu,
Aku terlalu kagum padamu,
Hingga hanya melihat lebihmu,
Aku terlalu buta karenamu,
Hingga tak menyadari kurangmu.

Dulu kau nyata, sekarang khayal.
Dulu kau pernah ada, tak sekedar dalam akal.
Kini kau lenyap, perkataanmu hanya bual.
Dunia sunyi senyap, karena kau tak lagi tinggal.

Sudah, tak perlu melihat belakang.
Itu saran dari orang lain.
Tengok saja yang ada di depan.
Itu saran dari orang yang lain lagi.

Tak perlu menengok jika melihat ke depan, jawabku.
Lagi pula, tak ada yang perlu ku lihat di depan, lanjutku.
Sekalipun berjalan tanpa melihat, aku masih bisa hidup, terusku.
Bahkan, aku tak perlu berjalan untuk tetap hidup, terangku.

Orang gila yang dipasung saja masih bisa hidup,
Apalagi orang waras.
Sebentar, apa aku benar-benar waras?
Atau hanya pura-pura waras agar tetap hidup?

Siapa orang yang sedang kuceritakan tadi?
Apakah hanya halusinasi?
Atau sebuah imajinasi?
Serius, dia pernah hadir di sini.


7 Februari 2020

Komentar

Postingan Populer